Dyanasthasia R.
Google
A very beautiful island, with a very sad story.
Untuk mencapai Pulau Mansinam, terlebih dulu kamu harus menuju Pantai Kwawi, dan menyewa perahu ke sana. Jika perahu penuh, kamu bisa mendapatkan harga 10-15ribu per-orang untuk sekali jalan. Tapi jika kamu ingin segera kesana dan kebetulan mempunyai uang yang cukup, biaya untuk antar jemput tanpa menunggu perahu penuh adalah 300k.
Perjalanan menuju pulau sangat memuaskan. Laut benar-benar biru dan jernih. Tidak perlu menggunakan filter atau kaca untuk melihat dasarnya sama sekali. Pasirnya sangat halus dan lembut, yang akan membenamkan kakimu begitu diinjak.
Ketika aku dan Alfi mencapai pulau, target pertama kami adalah Patung Yesus Kristus raksasa yang berdiri di salah satu dataran tertinggi pulau, sekaligus napak tilas perjalanan misionaris dalam memodernisasi Papua jaman dahulu kala.
Kami berpapasan dengan beberapa warga lokal dalam perjalanan menuju Patung tersebut, salah seorang anak kecil yang mengenakan baju seragam menyapa kami dengan senyum lebar. "Selamat siang!" sapanya sambil melambaikan tangan. Ibu-ibu yang berada di tempat kami mendarat juga tersenyum ramah. Suara burung-burung terdengar sangat keras di seluruh penjuru pulau.
Kami jug menemukan sebuah tempat yang strukturnya mirip dengan tempat berdoa kaum Aztec, namun tidak berhasil menggali lebih jauh tentang fungsi dan nama tempat tersebut.
Alas, saat kami mendekati puncak, salah seorang warga memberikan informasi bahwa jalan menuju Patung Yesus Kristus dan gereja yang berada di atas sudah dipalang. Dengan kecewa, kami turun ke pantai dan berusaha memuaskan diri dengan membaca tulisan-tulisan doa di Monumen Salib yang berada di pinggir pantai.
Saat sedang mengambil gambar di Monumen tersebut, kami menemukan seorang bapak yang sedang menyelam di sekitar pantai---dan begitu melihat bapak itu keluar sambil membawa beberapa botol plastik, kami langsung paham. Bapak itu sedang memungut sampah yang bertebaran di sekitar pulau.
Kami dijemput kembali oleh Pak Petrus, pengemudi kapal kami. Kami memberanikan diri bertanya : "Pak, kenapa dipalang?"--Jawabannya sungguh mengagetkan. Pak Petrus berkata bahwa warga lokal sama sekali belum dibayar oleh pihak pemerintah selama sembilan bulan terakhir. Sama sekali. Hal itu diperparah oleh fakta bahwa untuk Pulau Mansinam, turis sama sekali tidak dipungut biaya. Otomatis, penghuni pulau tidak memperoleh penghasilan dari pariwisata sama sekali.
Hatiku perih.
Baru saja sehari yang lalu, kami menghadiri konferensi internasional yang bertujuan untuk membuat provinsi konservasi menjadi sesuatu yang berguna dan menghasilkan untuk masyarakat adat, dan di sini, kami hadir secara langsung melihat warga lokal yang merawat tempat itu dengan sepenuh hati dan cinta, bahkan tanpa dibayar haknya sama sekali oleh pemerintah.
Ingin rasanya aku kembali ke pulau tersebut, mencari bapak yang menyelam tadi, dan memberikan sedikit saja dari apa yang aku punya untuk beliau. Karena sungguh, laut bersih yang aku lihat barusan tidak akan ada tanpa mereka yang berusaha merawatnya.